Petani rumput laut desa kutuh, bali |
Pantai Pandawa, Hujan rintik-rintik tidak menyurutkan niat
para pemungut rumput laut untuk terus menyusuri pantai di Desa Kutuh
Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung Bali itu. Setiap harinya satu
orang pemungut bisa dapat puluhan kg rumput laut basah yang merupakan
potongan atau serpihan sisa dari budidaya rumput laut jenis Cotonii yang ada di daerah pesisir tersebut. Setelah dikeringkan, hasilnya dijual kepada para penampung rumput laut.
Itu
baru hasil sampingan yang diperoleh, sementara hasil utama dari
budidaya rumput laut lebih menggiurkan. Menurut Ketua Kelompok Sari
Segara, I ketut Lencana Yasa, satu Kepala Keluarga (KK) pembudidaya di
Desa Kutuh itu rata-rata mengelola sekitar 100 m2 lahan budidaya rumput
laut atau punya 2.000 tali ris dengan sistem budidaya ikat dasar.
Dalam
satu siklus produksi (minimal 45 hari), setiap KK bisa menghasilkan
tidak kurang dari 500 kg rumput laut kering siap jual. “Total luas lahan
bubidaya rumput laut sekitar 40 hektar di desa kami, bisa dibayangkan
produksi rumput laut setiap hari,” ungkap Ketut kepada TROBOS belum lama
ini di Bali.
Kekuatan Berkelompok
Desa Kutuh merupakan salah satu sentra budidaya rumput laut di Pulau Dewata. Setidaknya ada 5 kelompok pembudidaya rumput laut di sana, yang paling lama terbentuk adalah Sari Segara. Sari Seraga menjadi contoh bagi terbentuknya kelompok pembudidaya rumput laut lainnya di Desa Kutuh. Menurut Ketut, para sudah merasakan dampak positif dari berkelompok terutama dari sisi pemasaran. “Produksi dari desa ini dapat meningkat dan posisi tawar lebih kuat,” ungkap Ketut.
Pembentukan kelompok budidaya ini bukannya tanpa latar belakang. Ketut menceritakan, sejak 1990-an budidaya rumput laut di Desa Kutuh sudah mengmbangkan usaha budidaya rumput laut. Kala itu usaha dijalankan secara perorangan dan penjualan pun bergantung para penampung atau tengkulak.
Para pembudidaya kerap merasakan harga jual rumput laut yang rendah, bahkan panen ada sampai yang tidak dibeli. “Mereka tidak bisa berbuat apa-apa sebab produksinya kecil dan hanya tergantung pada satu penjual,” kata Ketut. Melihat keadaan itu para pembudidaya pun berkumpul dan sepakat untuk menginisiasi pembentukan Kelompok Sari Segara pada pada 12 Oktober 1995.
Ketut menjelaskan sejumlah manfaat yang dapat dipetik para pembudidaya rumput laut dengan berkelompok. Salah satunya adalah produksi kelompok yang punya anggota aktif sekitar 30 orang ini kini lebih besar dan terorganisir. Calon pembeli terutama dari pabrikan tidak perlu repot-repot mendatangi langsung pembudidaya orang per orang untuk membeli rumput laut, cukup datang ke Sari Segara yang menampung hasil panen para pembudidaya.
Pada akhirnya harga jual pun dapat dikatrol. Saat ini untuk harga jual rumput laut Cotonii kering di tingkat rata-rata Rp 10.000 per kg. Jumlah produksi yang besar dan stabil, membuat posisi tawar Sari Segara dalam menjual rumput laut lebih kuat. Kelompok yang sekarang sudah berbentuk koperasi itu, bisa punya pilihan akses pembeli baik perorangan maupun perusahaan.
Ketut mengaku sudah memanfaatkan internet untuk memperluas akses pemasaran. Pihaknya juga bisa mengakses informasi jaringan kelompok pembudidaya rumput laut di daerah lain untuk membandingkan harga, termasuk produksi dan kualitas rumput laut. “Kita tidak bisa dibohongi dan dipermainkan lagi oleh pembeli,” tegas Ketut.
Desa Kutuh merupakan salah satu sentra budidaya rumput laut di Pulau Dewata. Setidaknya ada 5 kelompok pembudidaya rumput laut di sana, yang paling lama terbentuk adalah Sari Segara. Sari Seraga menjadi contoh bagi terbentuknya kelompok pembudidaya rumput laut lainnya di Desa Kutuh. Menurut Ketut, para sudah merasakan dampak positif dari berkelompok terutama dari sisi pemasaran. “Produksi dari desa ini dapat meningkat dan posisi tawar lebih kuat,” ungkap Ketut.
Pembentukan kelompok budidaya ini bukannya tanpa latar belakang. Ketut menceritakan, sejak 1990-an budidaya rumput laut di Desa Kutuh sudah mengmbangkan usaha budidaya rumput laut. Kala itu usaha dijalankan secara perorangan dan penjualan pun bergantung para penampung atau tengkulak.
Para pembudidaya kerap merasakan harga jual rumput laut yang rendah, bahkan panen ada sampai yang tidak dibeli. “Mereka tidak bisa berbuat apa-apa sebab produksinya kecil dan hanya tergantung pada satu penjual,” kata Ketut. Melihat keadaan itu para pembudidaya pun berkumpul dan sepakat untuk menginisiasi pembentukan Kelompok Sari Segara pada pada 12 Oktober 1995.
Ketut menjelaskan sejumlah manfaat yang dapat dipetik para pembudidaya rumput laut dengan berkelompok. Salah satunya adalah produksi kelompok yang punya anggota aktif sekitar 30 orang ini kini lebih besar dan terorganisir. Calon pembeli terutama dari pabrikan tidak perlu repot-repot mendatangi langsung pembudidaya orang per orang untuk membeli rumput laut, cukup datang ke Sari Segara yang menampung hasil panen para pembudidaya.
Pada akhirnya harga jual pun dapat dikatrol. Saat ini untuk harga jual rumput laut Cotonii kering di tingkat rata-rata Rp 10.000 per kg. Jumlah produksi yang besar dan stabil, membuat posisi tawar Sari Segara dalam menjual rumput laut lebih kuat. Kelompok yang sekarang sudah berbentuk koperasi itu, bisa punya pilihan akses pembeli baik perorangan maupun perusahaan.
Ketut mengaku sudah memanfaatkan internet untuk memperluas akses pemasaran. Pihaknya juga bisa mengakses informasi jaringan kelompok pembudidaya rumput laut di daerah lain untuk membandingkan harga, termasuk produksi dan kualitas rumput laut. “Kita tidak bisa dibohongi dan dipermainkan lagi oleh pembeli,” tegas Ketut.
Sumber: http://www.trobos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar