Pandawa Beach Bali
Kuta tak hanya populer sebagai kawasan wisata dengan pantai pasir putihnya. Daerah yang terletak di Kabupaten Badung, Bali ini, persisnya Desa Kutuh, juga penghasil rumput laut. Ada sekitar 275 pembudidaya di sana yang menghasilkan 600 ton rumput laut per tahun.
Kuta tak hanya populer sebagai kawasan wisata dengan pantai pasir putihnya. Daerah yang terletak di Kabupaten Badung, Bali ini, persisnya Desa Kutuh, juga penghasil rumput laut. Ada sekitar 275 pembudidaya di sana yang menghasilkan 600 ton rumput laut per tahun.
Desa Kutuh yang berada di kawasan Kuta Selatan sebenarnya lebih terkenal sebagai lokasi olah raga paragliding atau paralayang, karena memiliki tebing curam dengan pemandangan yang menakjubkan. Tapi, desa tersebut juga-----
Jika melalui jalur darat dari arah Denpasar, Anda harus ke arah Uluwatu
melewati objek wisata Garuda Wisnu Kencana untuk mencapai pusat
budidaya rumput laut Desa Kutuh. Setelah bertemu perempatan Pantai
Balangan, Anda belok kiri, kira-kira dua kilometer setelahnya Anda akan
menjumpai kantor Desa Kutuh.
Pantai Pandawa Kutuh,- Dari kantor desa, sekitar 20 menit berkendara dengan kondisi jalanan
menurun, Anda akan sampai di Pantai Pandawa atau Pantai Kutuh. Nah, di
sinilah lokasi sentra rumput laut berada.
Di pinggir pantai dengan pasir putih itu terdapat gubuk-gubuk milik
petani rumput laut. "Sekarang aksesnya sudah mudah, dulu sulit dan
terjal," kata Nyoman Konti, salah satu pembudidaya rumput laut yang
sudah 15 tahun menjadi petani rumput laut di Desa Kutuh.
Saat KONTAN berkunjung ke sentra ini pertengahan bulan lalu, Konti
sedang memanen rumput laut. Dengan menumpang perahu tradisional jukung,
ia membawa hasil panen ke bibir pantai untuk dibersihkan dan dijemur.
Menurut I Nyoman Yasa, Ketua Kelompok Tani Budidaya Rumput Laut Segara
Amerta Desa Kutuh, sebelum menjadi petani rumput laut, sebagian besar
penduduk Desa Kutuh bekerja sebagai buruh serabutan. Ada juga yang
beternak sapi dan bekerja di hotel. "Tanah di desa kami tandus dan
gersang, sehingga tidak bisa untuk bercocok tanam," ungkapnya.
Warga desa kemudian tertarik untuk membudidayakan rumput laut setelah
melihat penduduk Sawangan yang juga terletak di kawasan Kuta Selatan
berhasil membudidayakan rumput laut lebih dahulu.
Melihat tetangga desa mereka sukses, pada tahun 1985, tiga warga Kutuh
berniat mengikuti jejak penduduk Sawangan. Ketiganya lalu membawa bibit
rumput laut dari Sawangan untuk ditanam di Kutuh. "Usahanya berhasil
dan dilirik eksportir dari Surabaya," ujar Yasa.
Keberhasilan ketiga warga Desa Kutuh itu kemudian memicu penduduk yang lain untuk turut serta membudidayakan rumput laut.
Harga rumput laut yang mencapai Rp 11.000 per kilogram membuat warga
memilih meninggalkan pekerjaan mereka sebagai buruh serabutan, peternak
sapi, dan karyawan hotel. Soalnya, "Membudidayakan rumput laut lebih
menjanjikan untuk keluarga," ujar Made Warsa, pembudidaya lainnya di
Kutuh.
Petani rumput laut asal Kutuh punya areal tanam yang tersebar mulai
dari Pantai Pandawa Kutuh, Pantai Bali Cliff, hingga Pantai Ungasan. Tiap
tahun, sentra rumput laut Kutuh bisa menghasilkan 600 ton rumput laut.
"Malah sekarang, di Pantai Sawangan, budidaya rumput laut tidak
berkembang karena kalah dengan bisnis hotel dan resor," kata Yasa.
Sumber: http://industri.kontan.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar