Sabtu, 16 November 2013

Rumput Laut Desa Kutuh

Petani Rumput Laut Bali
Pandawa Beach,- Asosiasi Rumput laut Indonesia (ARLI) bersama Kelompok Tani Rumput Laut Bali mengembangkan pemasaran rumput laut yang lebih luas dalam jumlah yang lebih besar dengan kualitas standard dan memanfaatkan kemampuan serta networking ARLI. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan kualitas dan potensi pada masa-masa mendatang.

Ketua Umum ARLI Safari Azis, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu, 2 Januari 2013, mengungkapkan, kerja sama pemasaran termasuk pengembangan dan pembinaan ini sebagai bagian dan upaya untuk menjadikan rumput laut sebagai salah satu sumber mata pencaharian utama penduduk Desa Kutuh, Kabupaten Badung.

“Diharapkan rumput laut Kutuh yang memiliki potensi dan kualitas sangat baik bisa terus ditingkatkan di masa yang akan datang”, ujar Safari.
Pengembangan dan pemanfaatan rumput laut yang memberikan banyak manfaat, mulai dari penciptaan lapangan kerja untuk masyarakat yang tinggal di daerah pantai, merupakan bahan baku dari berbagai indutri pangan, farmasi, kesehatan, kosmetik, pupuk cair dan berbagai prospek lainnya menjadikan rumput laut sebagai salah satu komoditi ”Blue Ekonomi” di Indonesia.

“Terlebih lagi bahwa Indonesia dipercaya sebagai penyelenggara ISS (International Seaweed Symposium) ke 21, seharusnya semakin menambah semangat kita (Indonesia) sebagai salah satu produsen rumput laut Euchemacottonii terbesar dunia untuk tetap mengembangkan dan melestarikan apa yang ada di Desa KUTUH, Kuta Selatan ini”, tambah Safari.

Sebagai salah satu komoditi dalam mendukung visi ”Blue Economy” maka walaupun komoditi ini berada ditengah gencarnya aktivitas pariwisata di pulau Dewata ini, akan tetapi komoditi rumput laut yang mulai dikembangkan sekitar 30 tahun lalu menjadi salah satu penopang hidup masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan pulau pulau tidak mesti kalah atau tergusur karena sesungguhnya dapat dilakukan sebuah sinergi antara komoditi rumput laut untuk mendukung sektor pariwisata.

Tentunya sinergi ini dapat dilakukan dan bisa dibangun dengan dimulainya sebuah gagasan Minawisata atau Fishery Ecotourism yang menjadikan aktivitas budidaya rumput laut sebagai kegiatan wisata. Proses kehidupan masyarakat pembudidaya rumput laut dalam kesehariannya menjadi kekayaan wisata yang unik dan ditata sedemikian rupa sehingga tidak dianggap sebagai bidang yang bertentangan atau saling mengeliminasi tetapi menjadi sebuah kesatuan utuh yang saling menguntungkan.

“Disinilah kita mengharapkan peran besar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menggandeng bidang usaha ini sebagai salah satu kekhasan lokal Desa Kutuh yang harus dipertahankan dan dilestarikan untuk diolah sedemikian rupa menjadi bagian terintegrasi dari kegiatan pariwisata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar